Cerpen Keluarga Wacana Kekerabatan Yang Rumit Antara Ayah Dan Anak Laki-Laki

.com - Cerpen Inspirasi wacana Ayah dan Anak Laki-laki. Cerita pendek berikut ini merupakan cerpen fiksi yang bercerita wacana korelasi antara seorang ayah dan anak laki-lakinya. Kisah ini bisa jadi mewakili banyak ayah dan anak laki-laki di luar sana yang seringkali tidak akur padahal tolong-menolong saling menyayangi. Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa korelasi antara Ayah dan anak laki-laki memang seringkali tidak serasi lantaran faktor-faktor tertentu contohnya perbedaan prinsip dan perbedaan cita-cita. Tapi cerpen ini tidak ditulis untuk melihat betapa kedua figur itu bisa saling memusuhi melainkan melihat sisi lain yang mungkin tidak semua orang bisa menyadarinya. Selamat membaca!

Pagi ini lagi-lagi Reno menerima omelan dari sang Ayah. Entah sudah berapa kali sang Ayah memanggilnya namun Reno tampaknya masih enggan keluar dari kamarnya. Mungkin saja ia takut atau bahkan sudah bosan terlalu sering berdebat dengan sang Ayah.

Tak berapa usang pintu kamar kembali diketuk. Tapi kali ini bunyi Ibu yang terdengar dari luar. Sang Ibu meminta Reno untuk keluar dan membicarakan kembali secara baik-baik permasalahannya dengan sang Ayah. Sang Ibu bahkan memohon pada Reno untuk bersikap dewasa.

Reno karenanya keluar sehabis membasuh wajah dan menyikat giginya. Ia membuka pintu dan melihat sang Ibu menunjukkan aba-aba padanya. Ia tahu kemana harus pergi untuk menemui sang Ayah. Seperti biasa, perpustakaan mini merupakan lokasi favorit sanga Ayah untuk berbincang.

Tapi kali ini akan berbeda. Sang Ayah terperinci sedang sangat murka pada Reno dan mungkin mereka sama-sama akan bersikap keras kepala untuk pendirian masing-masing. Meski begitu tetap saja Reno memberanikan diri menemui Ayahnya.

Setibanya di perpustakaan yang terletak di lantai dua rumah mereka, menyerupai yang diduga oleh Reno, sang Ayah tengah duduk di dingklik favoritnya menghadap sempurna ke pintu utama sehingga begitu Reno masuk ia eksklusif berhadapan dengan wajah sang Ayah yang terlihat tidak bersahabat.

"Aku sudah menjelaskannya Ayah", ucap Reno membuka perbincangan mereka.

"Apa? Apa yang kamu jelaskan?"

"Apa yang tolong-menolong Ayah inginkan?", Reno justru kembali bertanya. "Jika Ayah ingin saya menuruti kemauan Ayah, maka Ayah sudah tahu saya tidak akan menurutinya! Aku akan melaksanakan apa yang saya mau. Aku yang menjalani hidupku bukan Ayah!", bunyi Reno sudah mulai meninggi.

"Pergilah! Ayah tidak akan menghalangimu. Ayah melaksanakan yang Ayah bisa tapi tampaknya tidak ada harapan. Pergilah! Lanjutkan keinginanmu. Tak perlu kembali lagi untuk menunjukan kamu benar atau salah!", sang Ayah bangkit meninggalkan kursinya dan berjalan ke balik rak buku.

Merasa sang Ayah tak adil, Reno pun berteriak. Ia kesal lantaran sang Ayah mengusirnya. Meski begitu, jiwa mudanya membawa Reno tetap pada pendiriannya. Ia tetapkan untuk pergi mengejar impiannya dan meninggalkan rumahnya meski tanpa dukungan sang Ayah.

Mengetahui Reno pergi, sang Ibu hanya menangis sambil menemui sang suami. Ia meminta suaminya untuk terus membujuk Reno dan tidak mengalah pada keegoisan Reno. Namun sama menyerupai Reno, sang Ayah juga sudah teguh pada pendiriannya dan tidak akan mengemis pada Reno untuk kembali.

Sejak insiden itu, Reno sangat membenci Ayahnya. Bukan hanya lantaran sifat sang Ayah yang egois tapi juga lantaran sang Ayah tidak mau lagi membiayai kuliah Reno. Meskipun Reno berhasil menerima beasiswa untuk jurusan kedokteran, ia tetap harus bekerja untuk menanggung biaya yang lain.

Sang Ibu beberapa kali mengiriminya uang dan Ia sangat bersyukur lantaran sang Ibu masih begitu peduli padanya. Hanya saja di tahun-tahun terakhirnya kuliah, sang Ibu tidak lagi mengirimi uang lantaran sang Ayah sangat marah. Ternyata selama ini sang Ibu mengirim uang secara diam-diam.

Mengetahui kenyataan itu, Reno pun semakin marah. Ia semakin membenci sang Ayah. Ia tidak tahu mengapa sang Ayah begitu ngotot semoga Reno kuliah di jurusan pendidikan dan seperti berusaha mengahalangi Reno yang ingin menjadi seorang dokter. Reno pun berfikir bahwa sang Ayah sengaja melarang sang Ibu mengirim uang semoga Reno kesulitan.

Dan sesuai dengan pemikirannya, Reno memang pada karenanya mengalami banyak kesulitan lantaran kekurangan uang. Ia terpaksa pindah ke asrama kampus lantaran biaya di sana cenderung lebih murah. Tentu saja asrama itu tidak dilengkapi dengan kemudahan yang semala ini ia dapatkan.

Pada titik-titik terendah perjuangannya, sang Ibu membujuk Reno untuk kembali dan memulai kuliah di jurusan yang dipilih sang Ayah. Reno yang mulai stress dengan biaya hidup semakin merasa direndahkan oleh sang Ayah.

Karena kesal, Reno lantas menukar nomor teleponnya semoga sang Ibu tidak lagi bisa menghubunginya. Pada dikala itu, Reno bahkan sudah tidak mau lagi berurusan dengan keluarganya. Ia menganggap sang Ayah ialah musuhnya dan ia akan terus berjuang untuk menunjukan bahwa ia bisa berhasil tanpa proteksi sang Ayah.

Setelah melewati masa-masa sulitnya tanpa dukungan keluarga, Reno karenanya berhasil lulus dan menikah dua tahun sehabis kelulusannya. Reno juga berhasil melanjutkan pendidikan profesi dokter pasca sarjana dan mengambil seorang hebat bedah.

Delapan tahun menikah, Reno dikaruniai dua orang putra. Dengan bujukan sang istri dan ajakan dari anak-anaknya, Reno karenanya oke untuk mengunjungi keluarganya. Meski tidak yakin bagaimana menghadapi sang Ayah, Reno tetapkan untuk membuang jauh dendamnya. Bagaimanapun ia tidak sanggup memungkiri bahwa laki-laki itu ialah Ayahnya, bagaimanpun sifatnya.

Setibanya di kediaman orangtua Reno, mereka disambut oleh sang Ibu yang memeluk istri dan belum dewasa Reno dengan pelukan hangat. Ia juga menunjukkan pelukan yang sama hangatnya kepada Reno. Mendapat sambutan itu, Reno pun tak bisa menahan airmatanya.

Bukan kehangatan sang Ibu yang membuatnya menangis, tapi melihat wajah sang Ibu yang menua dengan kerutan di wajahnya menciptakan Reno merasa bersalah telah meninggalkan orangtuanya begitu lama. Dipandangnya sekeliling rumah, matanya bergerak liar mencari sosok laki-laki yang mungkin tidak segagah dulu lagi.

Tak berapa lama, muncullah sesosok laki-laki bau tanah yang wajahnya sudah mulai kempot dan rambutnya sudah beruban. Sambil berjalan perlahan-lahan menuruni anak tangga, Ia melemparkan senyum kepada para cucunya dan segera memeluk mereka begitu ia sampai.

Untuk sesaat, Reno bertanya-tanya di dalam hati mengapa sang Ayah begitu yakin bahwa kedua bocah itu ialah cucunya. Namun pertanyaan tersebut hilang dengan sendirinya dikala sang Ayah mendekat padanya dan memeluk ia dengan erat meskipun pegangannya tidak lagi seerat dulu.

Meski tidak berkata apa-apa, air mata Reno pun benar-benar tidak terbendung. Ia menangis terseduh seperti tak perduli kedua jagoannya menyaksikannya menangis menyerupai anak kecil. Dalam fikirannya, ia memang masih anak kecil. Anak kecil sang Ayah yang sekarang sudah menua.

Berbeda dengan Reno, sang Ayah tampaknya berusaha sekuat mungkin untuk menahan airmatanya. Ia menepuk lembut pundak Reno dan meminta sang istri untuk menyiapkan makanan.

Selagi istri dan Ibunya sibuk di dapur, Reno mencoba membuka sebuah kamar yang tidak aneh baginya. Dipadangnya lekat-lekat kamar yang dulu pernah menjadi miliknya itu. Kamar itu sama sekali tidak berubah. Semua barang-barang yang ia masih tersusun rapi di sana.

Merasa puas bernostalgia dengan kamarnya, Reno ditarik oleh putranya yang berusia lima tahun. Dari cara bocah itu menarik tangannya, Reno seolah melihat dirinya sendiri. Ia ingat betul ia pernah melaksanakan hal yag serupa kepada Ayahnya.

 Cerpen Inspirasi wacana Ayah dan Anak Laki Cerpen Keluarga Tentang Hubungan yang Rumit Antara Ayah dan Anak Laki-laki

Bocah itu menarik Reno dan mengajaknya ke halaman belakang untuk melihat danau yang berada di belakang rumah. Untuk sesaat, Reno merasa kembali ke masa kemudian dimana ia dan sang Ayah berjalan ke tepi danau. Hanya saja. kali ini ia berada di posisi sang Ayah.

Sambil berjalan menuntun anaknya, Reno tertegun melihat kemiripan antara ia dan anaknya. Bocah itu materi mulai bertingkah sama persis menyerupai ia dulu. Ia mulai bercerita wacana hobinya dan ketertarikannya akan danau yang sedang mereka lihat.

Seolah ingin benar-benar mengulang masa-masa itu, Reno pun karenanya bertanya kepada anaknya mengenai harapan sang anak. Ia menanyakan pertanyaan yang persis menyerupai yang diajukan oleh Ayahnya beberapa tahun yang lalu. Entah mengapa, Reno merasa ingin tau dengan tanggapan yang akan diberikan sang anak.

Saat mendengar tanggapan sang anak, Reno pun merasa terkejut. Ia begitu terkejut sampai-sampai tidak sanggup menahan airmatanya. Reno pun menggendong sang anak sambil menangis, berjalan menuju rumah dan segera mencari Ayahnya.

Sambil terus menangis menyerupai anak kecil, Reno berjalan menuju ke kamar sang Ayah. Melihat tingkah Reno, sang istri berusaha menenangkan anaknya yang juga ikut menangis. Di daerah yang sama, sang Ibu mencoba menjelaskan apa yang mungkin terjadi.

Tangisan Reno pun semakin menjadi dikala ia datang di kamar sang Ayah. Ia buka pintu kamar tanpa mengetuk dan segera dipeluknya sang Ayah yang tengah tertidur. Pria itu terlihat tertidur sambil memeluk sebuah album foto keluarga mereka.

Sang Ayah terkejut mendapati Reno menangis sambil memeluknya. Meski tidak menyampaikan apa-apa, sang Ayah tahu bahwa Reno mungkin telah menyadari sesuatu. Sesuatu yang selama ini telah ia coba untuk jelaskan kepada Reno. Ia pun membiarkan Reno menangis di dekapannya.

Ketika Reno berusia lima tahun, ia sangat dekat dengan sang Ayah. Mereka melaksanakan banyak hal bersama dan sering menghabiskan waktu sore hari di tepi danau. Terkadang sambil memancing dan bercerita banya hal.

Suatu hari, sang Ayah bertanya pada Reno wacana cita-citanya. Dengan mantap Reno menyampaikan bahwa ia ingin menjadi seorang guru. Sang Ayah lantas bertanya apakah Reno tidak tertarik menjadi dokter? Reno kemudian berubah fikiran dan menyampaikan bahwa ia ingin menjadi dokter.

Untuk mencapai harapan itu, Reno berguru dengan keras dan sang Ayah selalu membantunya dengan membelikan ia buku wacana kedokteran. Sang Ayah bahkan menyebarkan perpustakaan di rumah untuk mengumpulkan koleksi buku yang dipelajari oleh Reno.

Saat Reno berumur 12 tahun, Ia dan abangnya mengalami kecelakaan sepulang dari pasar. Saat itu keduanya terluka parah. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit dan dokter dengan segera menangani mereka. Dokter yang menagani mereka tidak lain ialah sang Ayah sendiri. Namun sayang, kakak Reno tidak terselamatkan dan Reno mengalami hilang ingatan.

Karena gagal menyelamatkan nyawa sang anak, Ayah Reno merasa putus asa dan kehilangan kepercayaan diri. Seteleh berjuang melewati masa-masa sulit itu, sang Ayah pun tetapkan untuk mengubah segalanya. Ia berhenti dari profesinya dan tetapkan untuk berkebun.

Ia memperabukan semua buku wacana kedokteran yang ia punya di perpustakaan dan menggantinya dengan buku-buku wacana pendidikan guru. Ia membimbing Reno untuk menjadi guru dan selalu menyampaikan bahwa harapan Reno ialah menjadi seorang guru. Bukan lantaran tak ingin Reno menjadi dokter, hanya tak ingin Reno mencicipi perasaan yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Dan Pembahasan Energi Daya Listrik

Pembahasan Ujian Nasional Fisika Smp 2008 No 1-5